HONFablab, Laboratorium Fabrikasi Digital Pertama di Asia Tenggara

Oleh: Antonia Adega (100904145)

HONFablab

HONFablab

“HONFablab itu seperti markas power ranger,” kata seorang teman dengan terkagum-kagum. Pernyataan itu berhasil menggiring rasa ingin tahu, mengenal lebih jauh mengenai apa sebenarnya HONFablab.

The House of Natural Fiber’s Fabrication Laboratory (HONFablab) merupakan laboratorium fabrikasi digital pertama di Asia Tenggara yang didirikan pada tahun 2011 oleh HONF Foundation (Yogyakarta, Indonesia) bekerjasama dengan Waag Sociey (Amsterdam, Belanda). HONFablab tergabung dalam jaringan global laboratorium fabrikasi yang tersebar di seluruh dunia dan dikembangkan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.

HONFablab terletak di Jalan Taman Siswa No.59, Yogyakarta. Studio kreatif ini diciptakan untuk menciptakan berbagai karya dengan menggunakan metode fabrikasi digital. HONFablab menyediakan fasilitas berupa mesin-mesin fabrikasi kecil dan menengah yang dijalankan oleh komputer, misalnya laser cutter, serta berbagai alat penunjang lain yang disewakan kepada publik yang memiliki kebutuhan fabrikasi, baik terkait dengan kepentingan komersial (misalnya: bisnis), maupun non-komersial (misalnya: tugas kuliah). Kebutuhan fabrikasi tersebut dapat meliputi pengembangan produk dalam berbagai kategori, seperti fashion atau clothing, furniture, kerajinan, alat elektronik, karya seni dan berbagai produk inovatif lainnya.

Jumat, 7 Juni 2013. Hari ini untuk pertama kalinya saya berkunjung ke HONFablab. Ingin tahu apa yang ada di pintu masuk HONFablab dan sedikit ‘bocoran’ tentang bagaimana cara pembuatannya? Check this out.

Karya tersebut dibuat oleh sekelompok mahasiswa arsitektur Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menamai diri mereka DORX Lab UGM. “DORX Lab UGM merupakan salah satu peserta dalam pameran mini bertemakan Borderless Creativity yang diselenggarakan oleh HONFablab dari 7-11 Juni 2013,” terang Aga selaku PR HONFablab.

Pameran itu menjadi semacam perpanjangan kegiatan dari Creative Incubation 2012, kompetisi desain dan prototyping yang menjadi salah satu program HONFablab. Program ini diperuntukkan bagi para entrepreneur lokal agar dapat mempelajari keterampilan fabrikasi dan menerapkannya untuk menciptakan berbagai karya. Tujuan dari program ini adalah untuk merangsang munculnya terobosan teknologi baru bagi masyarakat lokal. Terobosan baru tersebut diharapkan mampu menjembatani kesenjangan teknologi yang turut andil dalam terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang secara berkepanjangan.

HONFablab, melalui Creative Incubation 2012, memfasilitasi para mahasiswa untuk mengembangkan karya-karya yang teraplikasikan dalam wilayah entrepreneurship. Dengan mengusung tema WIN+PLAY (Window+Display), HONFablab menggandeng toko lokal berskala internasional, yaitu Lee Cooper Indonesia, untuk turut serta memberikan fasilitas dan pengetahuan tentang entrepreneurship di wilayah industri kreatif.

Kompetisi ini diselenggarakan dan diikuti oleh empat universitas di Yogyakarta. Selain UGM, hadir juga karya dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Institut Seni Indonesia (ISI) dan Universitas Sanata Dharma (USD). Universitas-universitas tersebut mengirimkan satu kelompok mahasiswa yang didalamnya terdiri dari mahasiswa dengan program studi yang berbeda, antara lain teknik arsitektur, desain produk, desain interior, desain komunikasi visual, politeknik mekatronika dan seni kriya.

Berbeda dengan karya mahasiswa UGM yang menjadikan sel sebagai inspirasi dari karyanya, mahasiswa USD terinspirasi dari statisnya sebuah mannequin.

Aktor dan Aktris HONFablab

HONFablab dimotori oleh sebuah komunitas yang beranggotakan anak muda dari beragam latar belakang dan idealisme. Mereka menyebut diri mereka The House of Natural Fiber (HONF). HONF yang berdiri di Yogyakarta sejak 1999 berfokus pada cultural development dan new media art.

Venzha, merupakan aktor utama HONF. Venzha merupakan seorang interior designer yang maniak terhadap UFO. Awalnya, ia menginginkan ruang tak terbatas untuk mewujudkan ide yang juga tak terbatas. Bersama dengan rekannya yang berasal dari latar belakang berbeda, yaitu Ira, Itaz dan Imot, Venzha akhirnya merealisasikan keinginannya dengan mendirikan HONF.

Ira (Irene Agrivina) adalah seorang fashion designer yang memiliki hobi membaca dan menulis puisi. Itaz (Istasius) merupakan seorang graphic designer yang memiliki kemampuan khusus dalam membuat komik, sedangkan Imot (Tommy Surya) adalah seorang VJ yang bekerja untuk sebuah website.

Ide dasar yang mereka usung adalah mengkomunikasikan seni melalui media baru yang tercipta dari ide tak terbatas. Venzha meyakini bahwa semua hal dapat menjadi sebuah karya seni. Ia juga meyakini bahwa semua orang mampu menciptakan sebuah karya seni. Semua orang bebas mendefinisikan apa dan bagaimana seni selama mampu mempertanggungjawabkan karyanya.

Thinking forward, positive dan creative adalah tiga sorotan utama dalam visi HONF. Implementasi dari visi HONF diwujudkan melalui berbagai programnya yang selalu berorientasi menciptakan seni melalui teknologi. Program-program tersebut, antara lain seminar, workshop, penelitian berbasis teknologi, media art festival, pergelaran musik dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut mungkin dilakukan karena di-support oleh anggotanya yang berasal dari berbagai latar belakang.

The House of Natural Fiber atau yang biasa disingkat HONF merupakan wadah untuk bertukar ide dan menciptakan sesuatu yang nyata dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. HONF terbuka bagi siapa saja yang memiliki kepedulian akan integritas dalam melakukan segala hal yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Mereka yang tergabung maupun pernah tergabung dalam HONF, antara lain: seniman, scientist, profesor, komunitas, aktivis, praktisi, pelajar, mahasiswa, institusi dan sebagainya.

“The only commitment is to work together. This freedom has allowed the community is to survive to the present day. People join in as their lives allow them, and leave if the need arises, which is only natural.” (Venzha, HONF)

One thought on “HONFablab, Laboratorium Fabrikasi Digital Pertama di Asia Tenggara

Leave a comment